Oleh
Arya Bantana Tanubaya
Keadaan
Negara Indonesia yang semakin berada dalam titik nadzir kehancuran seperti
sekarang ini melahirkan berbagai macam kepercayaan masayarakat akan hal-hal
mistik tentang berbagai masalah, di antaranya soal kepemimpinan Negara.
Contohnya kepercayaan mistis orang Banten bahwa Indonesia ini tidak akan
Berjaya sebelum dipimpin oleh orang Banten.
Hal
yang tersebut di atas, mungkin dipengaruhi pantulan kaca dari masa silam
tentang kejayaan kesultanan Banten. Yang jelas, memang belum pernah ada
presiden RI yang berasal dari Banten sampai sekarang. Dan yang jelas pula
adalah bahwa Indonesia semakin hari semakin terpuruk jauh ditinggalkan
bangsa-bangsa lain di dunia. Maka wajar, ketika orang Banten, secara mistis
beranggapan bahwa keadaan Indonesia akan terus seperti ini sampai datangnya
‘ratu adil’ dari Banten.
Mungkin,
orang-orang Banten, membandingkan presiden-presiden RI dari Sukarno sampai SBY
dengan para Sultan-sultan Banten pada zaman keemasan kesultanan Banten.
Karakter kepemimpinan antara mereka memang bagai langit dan bumi.
Ketegasan,
keberanian, dan kearifan para sultan Banten telah membawa Banten menjadi Negara
yang disegani bukan hanya di nusantara tetapi juga di dunia. Negara Banten pada
zaman keemasannya (dari Sultan Maulana Hasanuddin sampai Sultan Agung
Tirtayasa) tercatat sebagai Negara yang makmur dan tidak pernah terjadi krisis
pangan. Perdagangan internasional
berjalan begitu ramai. Kapal-kapal dagang dari berbagai Negara eropa berlabuh
di Banten untuk menjual atau membeli barang. Berbarengan dengan itu kemandirian
ekonomi tetap dijaga. Orang-orang asing tidak diperbolehkan membeli tanah.
Seluruh kebijakan perdagangan diatur oleh kesultanan, orang asing hanya
menjalankan atau harus terpaksa patuh terhadap peraturan Kesultanan.
Berbeda
dengan SBY yang ia akan mengetuk keputusan setelah meminta ‘restu’ dari Negara
Paman sam. Subsidi rakyat di cabut karena New York memerintahkan itu. Indonesia
sebagai Negara yang tanahnya mempunyai kandungan minyak yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan rakyatnya, harus menjual minyak kepada rakyat dengan harga yang sama dengan harga pasar dunia yang mahal.
Bayangkan!
Katanya kita sebagai Negara merdeka, tetapi sebenarnya kita bukanlah Negara
merdeka. Kita adalah bangsa hina yang diatur oleh bangsa yang ‘mulya’. Bangsa
mundur yang dikebiri oleh bangsa yang maju. Bangsa yang penakut yang di jajah
oleh bangsa pemberani. Bukan rakyatnya yang penakut, tapi pemimpinnya yang
pengecut.
Bayangkan!
Di dunia ini ada Negara yang punya minyak, ada juga yang tidak. Ada yang sangat
tinggi membutuhkan minyak untuk industry dan tehnologi, seperti Amerika ada yang biasa-biasa saja.
Dengan kekuatannya Amerika yang kehidupan negaranya dalam bidang industry dan
tehnologi sangat tergantung kepada minyak, dengan kedigdayaannya ia mengatur
harga minyak, agar seluruh minyak dunia di kumpulkan dalam satu ‘lumbung’ baru
kemudian harganya di samakan, agar warga Amerika sebagai Negara yang
miskin minyak dapat membeli minyak
dengan harga yang sama dengan warga Indonesia yang kaya minyak. Untuk apa? Agar
Amerika tetap untung dalam perekonomian global.
Sementara
penjualan tehnologi seperti computer dsb, termasuk senjata, yang dihasilkan
oleh minyak yang ia beli dengan murah, dijual kepada Negara-negara bodoh
seperti Indonesia dengan harga yang di atur oleh amerika, tanpa melibatkan
siapapun. Lalu teruslah terjadi amerika menjadi Negara yang semakin kaya dan
Indonesia dan Negara-negara cemen lainnya menjadi Negara yang tetap miskin dan
hina.
Berbeda
dengan Presiden RI sekarang yang Nampak sebagai orang yang tidak tegas, penakut
dan hanya mementingkan keamanan kekuasaannya tanpa memikirkan kemakmuran, jati
diri bangsa dan yang paling utama adalah harga diri sebagai sebuah bangsa.
Sementara para sultan Banten terkenal sebagai para pemimpin yang pemberani,
jangankan hanya jabatan, nyawapun rela mereka korbankan demi kejayaan Negara
dan agama. Sultan Maulana Muhammad rela mati meregang nyawa di atas kapal Indra
Jaladri ketika memimpin peperangan di Sumatra Selatan. Sultan Maulana Yusuf
langsung memimpin peperangan menghancurkan kerajaan Pajajaran yang di pimpin
oleh kemenakannya sendiri karena saudaranya ini memimpin dengan penuh
kedzoliman.
Sultan
Agung Tirtayasa dengan sisa-sisa pasukan yang hanya berjumlah 400 orang yang terdesak di Tirtayasa tetap tak mau
mundur dari medan perang menghadapi ribuan tentara belanda. Baginya mati dengan
terhormat lebih utama, daripada hidup terhina.
Sultan
Agiluddin memenggal kepala utusan belanda yang bernama Peter dePuy karena
memerintahkan Sultan untuk memindahkan kraton Surasowan ke Anyer untuk
kepentingan Belanda. Padahal pada waktu itu kesultanan Banten sudah berada
dalam kehancuran dan tidak mempunyai banyak tentara. Secara nalar, bila sultan
seorang pengecut dan penakut, maka ia tahu resiko yang akan dihadapinya atas
tindakan yang demikian. Tetapi ksatria tetaplah ksatria. Kehormatan di atas
segalanya.
Harga
diri bangsa yang tercemar semakin nista seperti bangkai, ketika kita sebagai
bangsa sudah tak mampu lagi bangga kepada budaya kita yang luhur. Kita hanya
bisa membanggakan budaya orang luar, sementara kita menyia-nyiakan identitas
bangsa sendiri. Anehnya, para pemimpin kita tidak ada yang mempunyai
sensitifitas budaya. Budaya sendiri dianggap kampungan. Untuk menghancurkan
Indonesia, Amerika tidak perlu
menggunakan senjata canggih seperti kepada bangsa-bangsa yang kuat semacam Afghanistan, Korut dan Iran, cukup dengan
menghancurkannya dengan budaya, maka Indonesia akan hancur berserakan.
Negara
Korsel bisa bangga hanya dengan SUJU, karena SUJU telah mampu menjadi icon
Korsel untuk menjadikan Korsel menjadi Negara yang di kenal dunia dan budaya
mereka diikuti oleh Negara-negara bodoh semacam Indonesia.
Dengan
mempertahankan pakaian sari dan tarian serta nyanyian india yang membosankan,
Negara India bisa terkenal di dunia dan, sekali lagi, bisa membuat bangsa
Indonesia yang bodoh mabuk kepayang dengan mendengarkannya.
Dengan
bangga Negara cina, Jepang, Korut dan Korsel serta Thailand mempertahankan
tulisan dan bahasa mereka yang terdengar sama di telinga, dan itu bisa membuat
mereka terhormat sebagai bangsa.
Orang
inggris, walau sekarang mereka tidak lagi menjajah bangsa-bangsa di dunia
dengan kekuatan senjata, tapi mereka punya kebanggaan sebagai bangsa karena
seluruh warga dunia sudah mengikuti keinginan mereka menjadikan bahasa inggris
sebagai bahasa dunia. Secara ekonomi, inggris sudah diuntungkan dari segi
bahasa. Karena untuk menjalankan bisnis dunia orang paling bodoh di inggris
sudah bisa berbisnis dengan orang Indonesia yang paling pintar, karena orang
inggris sejak lahir sudah bisa berbahasa inggris, sementara orang Indonesia utk
bisa berbisnis dengan orang inggris harus menghabiskan banyak waktu dan uang terlebih
dahulu untuk bisa berbicara dengan bahasa inggris.
Bukti
sebuah Negara itu kuat atau tidak, lihat para pemimpinnya ketika sedang
berkomunikasi dengan pemimpin Negara lain, apakah dia berbahasa dengan bahasa
sendiri sehingga pemimpin Negara lain harus sibuk mencari penerjemah, ataukah
ia menggunakan bahasa inggris. Yang artinya belum apa-apa ia sudah kalah karena
mengikuti bahasa musuh diplomatiknya.
Kalau
begitu memang benar sebagian anggapan masyarakat Banten yang menyatakan bahwa
sudah saatnya Banten berdiri menjadi penyelamat Negara yang kita cintai ini.
Negara yang telah kita sepakati sebagai sebuah Negara yang disatukan oleh
keinginan bersam untuk merdeka.
Secara
nasab kepemimpinan, putra-putra Banten adalah keturunan para pemimpin dunia.
Terutama bagi para keturunan sultan Banten. Dimana Sultan maulana hasanuddin
adalah putra Sunan gunung jati, penghulu para wali-wali di Indonesia dan juga
raja Cirebon. Ibu Sunan Gunung Jati, nyai Lara santang adalah putri Prabu
siliwangi raja Pajajaran. Dan Ayah Sunan Gunung Jati adalah Syarif Abdullah
seorang raja campa (menurut satu pendapat syarif Abdullah mempunyai aanak tiga,
Syarif hidayatullah, Raden Fatah dan
Raja campa, penggantinya, sedang menurut pendapat lain, Syarif Abdullah
adalah raja dari Mesir dan Raden fatah
adalah anak raja majapahit).
Sedangkan
Syarif Abdullah adalah keturunan dari adzomat Khan, raja india. Dan Adzomakan
adalah keturunan dari Rasulullah saw. Yang menguasai sepertiga dunia. Dan
rasulullah adalah keturunan Nabi ibrohim, yang keturunannya menjadi penguasa
dunia saat ini.
Tentunya
seseorang yang mempunyai nasab kepemimpinan yang teruji, diharapkan akan lebih
matang dalam membawa mustika kepemimpinan yang telah turun temurun itu.
Wallahu
a’lam bishowab.
0 komentar:
Posting Komentar
Jika anda menyukai artikel ini
Berikan komentar di sini